SELAMAT DATANG DAN BERGABUNG DENGAN KAMI

BACA DAN NIKMATILAH ARTIKEL-ARTIKEL SASTRA DAN BAHASA KAMI YANG TELAH TERMUAT DI BEBERAPA MEDIA MASSA, BAIK DALAM BENTUK BAHASA JAWA MAUPUN INDONESIA!

PENYEMANGAT

KEJAR TERUS DUNIA MAYA, ENGKAU PASTI MENDAPATKAN SEGALANYA!

Jumat, 19 September 2008

1. Kedudukan Bahasa Jawa di Era Globalisasi

(oleh Karti Tuhu Utami)
(termuat di Taboit Info, edisi 06 Th. 2002)

Beberapa bulan yang lalu kepalaSLTP saya menginstruksikan bahwa tiap hari Jum’at diharapkan berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Lalu teman duduk yang sejurusan dengan saya berkata-kata sendiri, “Kalau bahasa Inggris digalakkan, bagaimana dengan bahasa Jawa? Kalau gitu hari Senin wajib berbahasa krama,” katanya.
Mendengar ucapannya yang begitu spontanitas, saya jadi merasa sadar akan kedudukan bahasa Jawa di masa sekarang. Sebagaimana kita ketahui bersama pasar bebas Asia-Afrika (AFTA) akan mulai tahun 2003 dan pasar bebas internasional (NOFTA) akan berjalan tahun 2010. sehubungan dengan inilah maka pemerintah mempersiapkan diri dengan menggalakkan bahasa Inggris di sekolah-sekolah.
Kita sebagai guru mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah (Jawa) harus mengakui bahwa bahasa Inggris memang unggul di bidang industri dan teknologi serta dibutuhkan pasar kerja saat ini. oleh karena itu wajar bila anak didik kita kurang menyukai terhadap materi pelajaran bahasa Jawa.
Saya pernah membaca rubrik “Layang Saka Warga” pada majalah mingguan Panyebar Semangat No.10-11 Maret 2002. Isi surat tersebut mengeluhkan adanya anggapan bahwa bahasa Jawa tidak mempunyai masa depan. Menurut saya, bahasa Jawa itu bukan tidak mempunyai masa depan, hanya saja kurang diminati siswa. Mestinya sebagai guru bahasa Jawa, kita harus pandai-pandai dalam menyampaikan materi kita, mengolah dan mengemasnya sehingga menjadi sajian yang menarik.
Abad 21 ini disebut juga era globalisasi. Pada zaman ini nanti, kita mau tidak mau, sengaja atau tidak, pasti akan terlindas zaman. Era globalisasi jelas akan menimbulkan perubahan pada semua aspek kehidupan yang tanpa kompromi. Salah satu penyebab era globalisasi adalah adanya industri dan teknologi. Untuk membuka pintu industri dan teknologi yang umumnya dari negara Barat tersebut, tentunya harus dengan kemampuan berbahasa Inggris.
Dengan bertolak dari hal-hal di atas, bukanlah berarti guru bahasa Jawa tidak mempunyai “masa depan.” Walaupun kalah di bidang industri dan teknologi, bahasa Jawa masih mempunyai keunggulan di bidang kebudayaan. Peran bahasa Jawa dengan kebudayaannya di era globalisasi, yakni akan mendampingi proses pembelajaran siswa (generasi muda) untuk menimba segala ilmu pengetahuan dari mana saja. selain itu bahasa Jawa dan kebudayaannya akan menjadi filter untuk menyaring datangnya kebudayaan asing tersebut.
Selain menggalakkan komunikasi dengan bahasa Inggris, pemerintah juga memprogramkan pendidikan budi pekerti. Pendidikan ini pelaksanaannya diorganisasikan sebagai bagian integral dari mata pelajaran yang relevan. Misalnya Pendidikan Agama, PPKn, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menurut saya, bahasa Jawa juga merupakan mata pelajaran yang amat relevan untuk menanamkan budi pekerti luhur siswa . Dengan adanya program pemerintah tentang pendidikan budi pekerti ini yang mulai dilaksanakan tahun 2001/2002, maka andil bahasa Jawa semakin besar dan sangat dibutuhkan pada jenjang pendidikan dasar SD/MI dan SLTP/Mts.
Dalam Strategi Pendidikan Nasional karya Dr. Ir. Indra Djati Sidi (salah satu makalah Simposium Pendidikan Nasional dan Munas 1 Alumni Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang – 13 Oktober 2001) sebagian tertulis sebagai berikut “Kondisi dunia abad 21 akan mengalami transformasi dalam segala aspek kehidupan manusia meliputi politik, sosial dan budaya. Proses transformasi ini sering dikemas dalam istilah globalisasi.
Dengan adanya proses globalisasi, kehidupan manusia termasuk bangsa Indonesia dipersiapkan agar tidak menatap masa depan tersebut sebagai suatu masalah, tetapi justru mampu memanfaatkan peluang masa depan tersebut untuk meningkatkan taraf kehidupannya.” Kata “budaya” di atas saya garis bawahnya. Budaya artinya peradaban, adab berarti kesopanan. Jadi, bila membahas bahasa Jawa tentu tidak akan lepas kebudayaan orang Jawa itu sendiri. Seperti yang tersebut tadi bahwa yang akan mengalami perubahan di era globalisasi, salah satunya adalah budaya. Selanjutnya perubahan yang terjadi pada budaya (kebudayaan Jawa) tadi janganlah dianggap sebagai suatu masalah, tetapi kita harus bisa menggunakan kesempatan tersebut untuk mencapai kesejahteraan hidup di masyarakat.
Pada kenyataannya sekarang, semakin lankanya yang belajar bahasa Jawa, kebudayaan Jawa justru semakin mahal nilainya. Contoh: bila ada hajatan penganten, masih banyak yang mencari MC (Protokol) berbahasa Jawa (padahal tarifnya lebih mahal dari pada MC berbahasa Indonesia). Belum lagi bila yang mempunyai hajat tadi ingin mendatangkan kerawitan atau wayang, apa ini bukan merupakan “masa depan” bahasa Jawa namanya?
Perlu diketahui lagi, bahwa sampai hari ini masih ada sekolah kerawitan, sekolah dalang, dan kursus-kursus tari atau MC berbahasa Jawa. Kegiatan semacam ini sebenarnya merupakan “massa depan” generasi muda kita juga.
Bila mau berpandangan luas lagi, sekarang banyak kaset lagu-lagu Jawa kreasi baru yang laris dan disukai di masyarakat. Pada tayangan TV juga masih kita temukan pelawak-pelawak berbahasa Jawa, yang juga dikagumi pemirsa, baik kalangan muda maupun tua. Selain itu masih juga kita dapati film-film/sinetron-sinetron dengan menggunakan latar belakang kebudayaan Jawa, yang tidak kalah menarinya buat pemirsa.

2 komentar:

andi kosim mengatakan...

BU, nek saged njenengan posting basa kramanipun angka nggih,....?

durihandoyo mengatakan...

Asslamualaikum Bu Karti, mbok bilih kepareng kula badhe nyuwun daftar kompetensi dasar basa jawi kangge SMP. Saprelu kula badhe nyusun silabus lan RPP nanging dereng gadhah daftar Kompetensi dasar lajeng kados pundi mangke kadadosanipun. Mula kula saestu nyuwun tulung dhateng panjenengan mugi saged mbiyantu. Matur nuwun nggih Bu. Wassalam